Safar kali ini Usad Waris ditemani koordinator dakwah di daerah hutan Dayak Ustad Arif Heri Setiawan dari pesantren Assalam Arya Kemuning. Ustad Waris yang berangkat dari Temanggung, pada 7 Ramadhan 1436 H langsung menuju Kalimantan.
tujuan pertama adalah masjid Arrohmah di Karangan, kec Mookmanarbulaten untuk menemui Berdakwah menyapa saudara Mualaf dari suku Dayak di sana dan para perantau yang berasal dari Aceh sampai Papua, di desa ini meskipun Muslim masih sedikit namun di desa ini tercipta kerukunan yang baik antar umat beragama.
Tujuan berikutnya adalah desa Lingagau, perbatasan Kalteng dan Kaltim, perjalanan sepanjang 80 Km harus ditempuh dari kota Sendawan ibukota kabupaten Kutai Barat dengan jalur Offroad dan tidak ada pemukiman penduduk sepanjang perjalanan. di sana hanya ada 240 Muslim dari 5000 orang dewasa. Sisi menarik dari Desa ini adalah rasa hormat dari suku Dayak. Ketika salah seorang Dayak memiliki hajatan maka sajian khusus orang muslim di masak oleh orang muslim. Masjid di sana yang terbuat dari kayu Ulin masih berdiri kuat walaupun sudah di bangun sejak 1992. Da'i di sana mengadakan sunatan massal bagi suku dayak yang baru masuk islam untuk 20 orang tapi ternyata ada 36 suku dayak yang mendaftar, akhirnya 16 orang tidak terlayani.
Berbeda dengan daerah Bigung Baru, di sana sudah ada beberapa keluarga muslim, kebanyakan disana menjadi muslim karena pernikahan. Namun sayang karena para suami sibuk di industri Batu Bara maka banyak istri yang tadinya Animisme Dayak yang menjadi muslim karena muslim tidak terurus pendidikan keislamanya oleh para suami. bahkan ada 1 istri beserta kedua anaknya kembali murtad setelah sang suami tidak mau mendidik agama bagi istrinya, kemudian istrinya meminta cerai padahal sang istri awalnya sangat antusias ketika memeluk agama islam. Ada sau pengalaman menarik Ust Waris ketika sholat di sana ada seorang anak sekitar umur 2,5 tahun bernma Yudha ikut sholat, dia bertanya tentang sholat padahal Ust Waris sedang sholat. setelah sholat dia ditanya dan jawabnya sama, bahwa ayahnya sibuk di industri sehingga agama anaknya tidak terurusi.
Desa berikutnya adalah Datah Bilang, bangunan masjid bagus akan tetapi jamaah sholat 5 waktu tidak hidup. hanya sholat jum'at yang tertib dilaksanakan. Hal ini dikarenkan pemahaman yang dangkal akan Islam dan egoisme kesukuan. Taman Pendidikan Al Quran, sudah tutup sejak 2 tahun yang lalu karena tidak ada guru yang mengajar.
Berbeda dengan desa Lutan, di sana ada da'i dari AMCF ( Asia Muslim Charity Foundation ) yang bernama ustad Lukman, namun Dakwah di desa ini juga belum menampakkan hasil yang maksimal. harapan ust Lukman nantinya akan ada da'i yang membantu dakwahnya di desa ini.
0 komentar:
Posting Komentar